Di Tech in Asia, kami merasa sangat beruntung mendapat kesempatan untuk mewawancarai banyak CEO dan founder startup di Asia. Beberapa founder tersebut berasal dari Indonesia, dan kali ini kami mengumpulkan 12 cerita founder startup tanah air yang bisa Anda jadikan inspirasi:
1. Juny “Acong” Maimun – founder Indowebster
Pada akhir 1990-an, Acong sudah membuat reputasinya sendiri saat berkuliah di Stamford College di Malaysia sebagai hacker muda pemberani dari Riau yang bisa meretas sistem siapapun, meminjam sumber coding website mereka, dan mengubahnya menjadi “sesuatu yang lebih menyenangkan”. Pada tahun 2002, Acong putus kuliah setelah mengunjungi Jakarta selama akhir semester dan membuka warnet hybrid pertama yang beroperasi 24 jam di Jakarta, yang kemudian ia beri nama AMPM. Tak lama setelah itu, ia mendirikan Indowebster, website file hosting multimedia asal Indonesia yang terkenal di dunia. Acong mengatakan:
Saran terbaik saya: bertahan hidup! Jika Anda terus bertahan untuk beberapa tahun pertama, maka Anda dapat beradaptasi dengan pasar dan menemukan model yang baik untuk Anda.
2. Andry Suhaili – founder dan CEO PriceArea
Perjalanan Andry dimulai di Pulau Bangka. Saat tengah duduk di bangku SD, ia pindah ke Jakarta untuk mengejar pendidikan yang lebih baik. Ia meneruskan SMP dan SMA-nya di Singapura, dan kemudian mengambil gelar sarjana di Los Angeles, Amerika Serikat. Andry sendiri sudah menjadi entrepreneur selama 10 tahun, dan meskipun beberapa kali gagal di perusahaan-perusahaan sebelumnya, ia tetap kembali membangun perusahaan berikutnya. Andry mengatakan:
Saya selalu ingin menjadi kaya dan sukses. Untuk itu, saya perlu menjadi seorang entrepreneur. […] Setelah saya kembali dari Amerika Serikat, saya membuat bisnis pertama di sebuah garasi dengan dua pegawai magang sebagai pegawai saya.
Setelah bereksperimen dengan beberapa usaha bisnis, ia membangun PriceArea pada tahun 2008 untuk membantu memungkinkan orang menemukan penawaran terbaru secara online.
3. Natali Ardianto – co-founder dan CTO Tiket.com
Pada tahun 2008, satu tahun setelah Natali lulus dari program teknologi informasi Universitas Indonesia, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Urbanesia, salah satu direktori online lifestyle pertama di Jakarta. Dua tahun setelah diluncurkan, ia memutuskan untuk meninggalkan Urbanesia dan mendirikan Golfnesia yang juga ia tinggalkan karena sulit berkembang. Pada tahun 2011, Natali Ardianto mendirikan Tiket.com, yang kini menjadi jawara di sektor booking online untuk travel, event, dan perhotelan di Indonesia.
Startup perlu memahami pentingnya pemasaran. Anda mungkin memiliki produk yang benar-benar buruk, tapi tetap saja, jika Anda memiliki tim pemasaran yang baik, Anda bisa sukses.
4. Achmad Zaky – co-founder dan CEO BukaLapak
Lahir di Sragen, Jawa Tengah, Achmad Zaky tumbuh dengan keinginan memiliki pekerjaan yang baik dengan gaji yang besar. Namun, ketika ia menempuh kuliah di ITB dan merasakan semangat entrepreneurship yang kental, ia ingin menjalankan bisnis sendiri. Pernah gagal dengan bisnis mie, Zaky kini menjalankan Bukalapak, salah satu website marketplace terbesar di Indonesia. Zaky mendorong semua anak muda untuk mulai membangun startup mereka sesegera mungkin.
Karena jika Anda bertambah tua dan sudah menikah serta memiliki anak, Anda cenderung memiliki lebih banyak pertimbangan dan lebih konservatif. [ … ] Jika saya harus membangun startup saya sekarang dengan modal nol, saya mungkin tidak mau [mengambil risiko] karena saya memiliki istri dan seorang anak perempuan.
5. Jason Lamuda – co-founder Disdus
Selama menempuh perkuliahan di Amerika Serikat, Jason Lamuda kagum bagaimana teknologi bisa mengubah tatanan hidup masyarakat. Dari situlah ia menumbuhkan antusiasme untuk mendirikan perusahaan teknologinya sendiri. Ia menyelesaikan kuliah S2 jurusan teknik finansial di Columbia University tahun 2008, dan mendapat dua tawaran pekerjaan: satu di Wall Street di Amerika Serikat, dan satu lagi di McKinsey di Indonesia. Yakin bahwa peluang untuk menjadi entrepreneur di negara asalnya jauh lebih besar, ia akhirnya memilih kembali ke Indonesia.
Selalu ada celah untuk mengincar pasar dan orang yang berbeda bahkan jika Anda membuat produk yang mirip [dengan yang sudah ada]. Bahkan bisnis seperti menjual kopi juga bisa sukses. Di luar sana pastinya ada kesempatan dan Anda bisa sukses di industri Anda. Tingkat kesuksesan Anda mungkin tidak akan sebesar website e-commerce seperti Amazon yang menjual segala hal, tapi Anda masih bisa menghasilkan uang [dari bisnis Anda].
Jason merupakan salah satu co-founder website daily deal Disdus, yang diakuisisi oleh Groupon di tahun 2011, dan website e-commerce fashion wanita BerryBenka yang berhasilmemperoleh investasi seri B akhir tahun lalu.
6. Adi Kusma – founder Biznet
Pada saat Adi Kusma masih bekerja sebagai programmer di Amerika Serikat, ia mengambil kursus tambahan dari Microsoft sembari berkonsultasi dengan para pelaku ISP di sana untuk mempelajari industri tersebut secara detail. Di samping bekerja sebagai programmer full-time, Adi juga bereksperimen dengan “laboratorium ISP” pribadi di rumahnya. Ketika yakin bahwa ia telah mampu menerapkan teknologi tersebut di Indonesia, barulah ia kembali ke Indonesia dan mendirikan Biznet Networks.
[Mendirikan startup] seperti menjual nasi goreng. Jika Anda membuka gerai Anda hari ini, sudah pasti akan ada pembeli yang membeli makanan Anda saat itu juga. Jika Anda memiliki produk yang cocok dengan keinginan pasar, maka Anda akan memiliki pembeli.
7. Andy Sjarif – founder SITTI
Perjalanan Andy sebagai entrepreneur dimulai pada 1997 ketika ia masih berada di Amerika Serikat. Perusahaan pertamanya adalah perusahaan konsultan analitik CRM yang membantu perusahaan dengan segmentasi dan analisis database pelanggan. Meski startup tersebut akhirnya gagal, Andy mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran yang akhirnya menginspirasinya untuk mendirikan SITTI, jaringan iklan intuitif, menyajikan berbagai iklan yang relevan dengan situs dan melakukan pencarian berdasarkan kata kunci yang digunakan; singkat kata, ini merupakan sebuah Google Adsense yang disajikan dalam Bahasa Indonesia.
Startup teknologi di Indonesia harus berhenti berpikir untuk menjadi seperti Sillicon Valley (SV). Jika berbicara mengenai SV, kita berbicara mengenai ide-ide terobosan baru, teknologi yang disruptif. Saya sudah cukup mempelajari bahwa teknologi, bagi kita di Indonesia, adalah mengenai kelanjutan dan dampak. Jadi pertanyaannya bukan bagaimana caranya membangun teknologi yang paling canggih, melainkan bagaimana teknologi dalam menciptakan dampak bagi masyarakat dan negara kita.
8. Aulia “Ollie” Halimatussaidah – co-founder NulisBuku
Ollie yang merupakan seorang pecinta teknologi sudah berkeinginan membuat website terbaik sejak SMA. Karena itu, ia mengambil jurusan TI di universitas dan bekerja sebagai web developer setelah lulus. Minatnya dalam membaca dan menulis serta terinspirasi dari pengalaman akan sulitnya menerbitkan buku, Ollie beserta rekan-rekannya mendirikanNulisBuku, platform self-publishing online pertama di Indonesia yang membantu para penulis untuk mencetak dan menerbitkan sendiri buku mereka.
Terlepas dari jenis kelamin, semua orang bisa bekerja di dunia teknologi dan startup. Yang penting adalah keterbukaan untuk berkolaborasi dan keinginan untuk berinovasi – keduanya adalah kunci sukses di dunia startup. Dengan kolaborasi, seseorang bisa membuka kemungkinan yang tak terbatas yang akan membantu startup untuk tumbuh.
9. Danny Wirianto – co-founder dan CEO MindTalk
Danny Wirianto menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat dengan mengambil jurusan seni rupa. Ia pernah direkrut menjadi direktur seni di Adobe karena keahliannya dalam Photoshop dan membuat website. Dari seni rupa, ia bekerja di industri periklanan, dan ini membuatnya membangun agen periklanan sendiri bernama SemutApi Colony di tahun 2001 di negeri paman sam.
Danny yang berusia 39 tahun sekarang fokus ke startup terbarunya, yang ia yakini akan menjadi startup yang diperhatikan di Asia, yaitu platform minat sosial bernama MindTalk.
10. Kevin Mintaraga – founder Magnivate Group
Terinspirasi oleh buku Blue Ocean Strategy, Kevin tertarik dalam bidang pemasaran dan melihat peluang yang ada di ranah ini. Setelah melakukan riset dan bertanya pada beberapa ahli, Kevin mendirikan Magnivate Group, sebuah digital agency di Indonesia yang didirikan pada 2008 dan diakuisisi oleh WPP pada tahun 2012 dan kini berganti nama menjadi XM Gravity. WPP sendiri merupakan perusahaan periklanan dan digital marketing terbesar di dunia.
Pengusaha yang sukses adalah mereka yang dapat membuat perbedaan dalam hidup orang lain. Selalu melayani orang lain, terdepan dalam setiap pertempuran, dan tidak hanya berada di belakang orang lain untuk mengarahkan mereka berbuat ini dan itu. Hanya dengan pemahaman inilah Anda dapat membangun tim yang bisa berjalan beriringan dengan Anda ketika sedang melewati masa-masa sulit.
11. Joseph Edi Lumban Gaol – founder M-Stars Group
Joseph memulai karirnya dalam industri mobile pada tahun 1997 di perusahaan telekomunikasi XL Axiata. Di sana, karirnya menanjak hingga ia menduduki jabatan senior product manager. Ia memegang posisi tersebut selama dua tahun hingga akhirnya memutuskan berhenti pada tahun 1999 untuk memulai usahanya sendiri. Pada tahun 2000, Joseph mendirikan M-Stars Group, salah satu pelopor penyedia konten mobile di Indonesia yang hingga kini memiliki lebih dari 150 karyawan serta membawahi lima perusahaan cabang yakni AdStars, VOX, dr.m, PoPs, dan m360.
Pada beberapa kesempatan, saya sampai harus meminjam uang dari keluarga dan teman-teman karena uang kas kami mulai menipis, padahal kami perlu membayar gaji para karyawan. Ini adalah tantangan terberat secara psikologis bagi saya, karena saya harus mempertahankan kredibilitas saya. Saya sering tidak tidur untuk memastikan bahwa kondisi kas perusahaan tetap terjamin dan bahwa pinjaman dari teman-teman dan keluarga saya mencukupi. Sekarang, ketika mengingat-ingat masa tersebut, saya masih sering tersenyum.
12. Izak Jenie – co-founder Jatis Group
Izak Jenie merupakan seorang entrepreneur yang gigih dan tidak pernah menyerah. Setelah sebelumnya gagal berkali-kali, pada 1997, ia bersama dengan beberapa rekannya mendirikan Jatis Group, sebuah perusahaan konsultan IT yang menawarkan solusi IT untuk bank, perusahaan telekomunikasi, jasa pembayaran, dan berbagai perusahaan lainnya. Kini, lebih dari 80 persen pedagang reksa dana di Indonesia menggunakan platform trading Jatis.
Mendapatkan mitra yang bagus untuk startup adalah hal yang krusial. Saya suka teori investasi Warren Buffet untuk yang satu ini. Jika Anda dari luar sudah tahu bahwa akan ada masalah, jangan terlibat. Karena sekali Anda terlibat, sulit untuk keluar. Mirip dengan itu, dalam mencari mitra, jika Anda melihat akan ada masalah ketika nanti bekerja dengan calon mitra Anda, sebaiknya jangan dimulai.
Beberapa founder startup Indonesia di atas merupakan inspirasi nyata bagi kita semua dalam hal berkontribusi untuk bangsa di bidang entrepreneurship. Bagi Anda yang merasa terinspirasi dan ingin terjun menjadi entrepreneur, lakukan dari sekarang dan buatlah perubahan. Salam entrepreneurship!
(Diedit oleh Bambang Kartika)
Join our community or log in now to start posting replies!
28 kisah founder startup di tahun 2014 yang harus Anda baca!
Di tahun 2014, kami sangat beruntung mendapat kesempatan untuk mewawancarai banyak CEO dan founder di Asia. Masih dalam suasana kilas balik akhir tahun, kami mengumpulkan beberapa cerita founder yang menarik di tahun 2014 dalam satu artikel.
Berikut adalah kisah para founder asal Indonesia yang sempat kami liput tahun 2014:
1. Anthony Tan: cucu supir taksi yang menciptakan aplikasi booking taksi terbesar di Asia Tenggara
Satu moto yang dimiliki semua orang di tim GrabTaxi adalah “masalah Anda adalah masalah kami.” CEO GrabTaxi, Anthony Tan, mengatakan:
Banyak orang yang hanya mengatakan hal tersebut. Namun kami benar-benar menjalaninya. Ketika kami memulai, kami bahkan tidak mempunyai koneksi internet yang bagus di kantor dan tidak mempunyai AC. Orang-orang yang bergabung dengan saya percaya terhadap misi dan ide yang diemban alih-alih percaya kepada saya [sebagai pemimpin]. Kami berjuang bersama-sama mulai dari bawah.
2. Berhenti kuliah dari Harvard, inilah kisah Ferry Unardi membawa Traveloka memimpin industri travel online di Indonesia
Sebelum terjun ke dunia startup, founder Traveloka Ferry Unardi ingin mempelajari bisnis terlebih dahulu dengan mengejar gelar MBA di Harvard University. Namun, setelah hanya satu semester, rencananya harus diubah lagi. Ia mengatakan:
Saya ingat ketika semua orang mempertanyakan keputusan saya untuk berhenti [kuliah], tapi itulah yang harus dilakukan. Berhenti kuliah adalah keputusan yang sangat sulit, baik untuk saya dan pasangan saya karena ia bekerja untuk LinkedIn pada saat itu dan memiliki saham yang belum sepenuhnya diperoleh, tapi saya ingat pernah mengatakan “kita [berusia] 23, kita masih cukup muda untuk melakukan kesalahan” dan bahwa tidak ada waktu yang lebih baik.
3. Tidak digaji? Tak masalah. Inilah cara CEO Luxola membuat startupnya sukses
Saran CEO Luxola, Alexis Horowitz-Burdick, bagi entrepreneur pemula yang telah menetapkan hati mereka untuk memulai sebuah perusahaan adalah “merangkul kegagalan sebagai bagian dari proses”:
Jangan takut gagal. Itu bukan masalah besar. Kebanyakan orang perlu beberapa upaya untuk memiliki startup yang sukses. Jadi gagal lah dengan cepat dan bangkit lah kembali dengan cepat pula.
4. Dipecat dari sebuah bank, founder ini melakukan bootstrapping sampai startupnya mendapatkan pendanaan sebesar Rp 425 miliar
Mengelola pengeluaran dan mengakali proses distribusi secara hati-hati mempunyai peranan besar dalam membuat startup bertahan meski tanpa pendanaan. Chris Strode, founderInvoice2go, mengatakan:
Di saat-saat awal, saya dapat menghindari pengeluaran tambahan yang besar dengan melakukan semua pengembangan produk oleh saya sendiri dan menggunakan cara distribusi software yang sudah mapan.
5. Kisah pasangan pengacara-bankir yang keluar dari pekerjaannya demi membuat game tentang dokter
Pasangan suami-istri Richard Sun dan Joyce Lim masing-masing adalah seorang bankir dan pengacara, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan game. Richard Sun, co-founder WIGU Games, mengatakan:
Pasti akan ada perdebatan yang berkaitan dengan perusahaan. Solusinya adalah tidak mudah tersinggung, karena perdebatan ini menunjukkan bahwa kami benar-benar peduli tentang perusahaan. Jika tidak ada perdebatan, itu berarti rasa peduli telah hilang.
6. Bagaimana kacaunya hidup saya setelah keluar dari perusahaan bergengsi dan memilih mendirikan startup
Ali Mese keluar dari dunia perusahaan konsultansi dan mendirikan startup sendiri. Ia terinspirasi oleh kutipan dari Tony Gaskin berikut:
Jika Anda tidak membangun mimpi Anda, seseorang akan mempekerjakan Anda untuk membangun mimpi mereka.
7. CEO HijUp: Follow your heart, follow your dream
CEO Hijup, Diajeng Lestari, menyebutkan keahlian dan sikap apa saja yang diperlukan agar sukses di startup teknologi:
Pertama, percaya diri, percaya mimpi, dan percaya keajaiban Tuhan. Tuhan akan memberi jalan bagi orang-orang yang berusaha. Kedua, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk membangun tim yang hebat. Selain itu startup juga harus berhubungan baik dengan berbagai stakeholder.
8. Nabilah Alsagoff dan kisah di balik Doku, pionir e-payment Indonesia
COO Doku, Nabilah Alsagoff, mengatakan tentang awal-awal pendirian startup-nya:
Pada saat itu, kami melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang sebelumnya. Kami harus berani.
9. Kisah di balik kesuksesan website booking tiket online Tiket.com
CTO Tiket, Natali Ardianto, mengatakan:
Di StartupLokal, kami selalu mengatakan, ‘Jangan terlalu cepat mengeluarkan uang’. Tapi orang sering tidak menyadari pentingnya kalimat tersebut. Pola pikir orang Indonesia adalah mencari investasi untuk mendapatkan ketertarikan pasar, tapi ini salah. Apa yang selalu saya tanyakan adalah: ‘Bagaimana Anda bisa membuat perusahaan Anda berjalan selama lima atau sepuluh tahun tanpa investasi baru?’ Itulah yang telah kami lakukan di Tiket.com.
10. Dari seorang hacker, pahlawan, hingga legenda data: Juny “Acong” Maimun menceritakan kisah di balik Indowebster
Saran Juny “Acong” Maimun, founder dan CEO Indowebster, bagi entrepreneur muda:
Saran terbaik saya: bertahan! Jika Anda terus bertahan untuk beberapa tahun pertama, maka Anda dapat beradaptasi dengan pasar dan menemukan model yang baik untuk Anda.
11. Kisah sukses WebKul: hasilkan Rp 12,5 milar meski tanpa pendanaan
Co-founder Webkul, Vipin Sahu, mengatakan tentang betapa pentingnya menghasilkan keuntungan:
Beberapa orang dengan pendanaan awal lebih cenderung menghabiskan uang dibanding menghasilkan uang. Kami percaya bahwa jika Anda menjalankan sebuah bisnis, keuntungan adalah oksigen. Jika Anda tidak menghasilkannya, maka Anda akan segera mati.
12. Co-founder PeaTix: “Pikirkan siapa pelanggan Anda terlebih dahulu”
“Beberapa startup berpikir jika Anda membangun sebuah platform, maka pelanggan akan datang,” tapi bukan itu masalahnya, menurut Taku Harada, co-founder PeaTix:
Anda harus pergi bertemu dengan orang-orang dan menyelesaikan masalah mereka. Anda tidak bisa memikirkan diri Anda terlebih dahulu, melainkan memikirkan siapa pelanggan utama Anda.
13. Kisah Andry Suhaili: datang dari kota kecil untuk membangun website pembanding harga terbesar di Indonesia
Founder dan CEO PriceArea, Andry Suhaili menceritakan alasan di balik keinginannya menjadi entrepreneur:
Saya selalu ingin menjadi kaya dan sukses. Untuk itu, saya perlu menjadi seorang entrepreneur. […] Setelah saya kembali dari Amerika Serikat, saya membuat bisnis pertama di sebuah garasi dengan dua pegawai magang sebagai pegawai saya.
14. Founder Zipmatch: “Jangan biarkan kekurangan dana menghentikan langkah Anda”
Co-founder Zipmatch, Chow Paredes, menceritakan kisah di balik pendirian startup-nya:
Sebagai direktur penjualan real estate, masalah yang selalu saya hadapi adalah bagaimana membuat 50 agen mendapatkan klien baru setiap hari. Saat itulah muncul gagasan untuk menciptakan sebuah platform online. Kami mulai merencanakannya pada akhir pekan dan setelah pulang dari bekerja ketika kami masih bekerja. Kami melakukan itu selama enam bulan. Dan akhirnya kami harus mencurahkan seluruh usaha dan waktu kami, jika tidak, kami tidak akan berhasil jika mendirikannya sedikit demi sedikit. Tapi bagi seseorang yang bekerja dengan pekerjaan yang stabil, tidak mudah untuk melakukan hal ini. Meskipun demikian, saya memilih terjun ke dunia startup karena ada kesempatan besar yang tersaji di depan saya.
15. CEO Bukalapak: Mulai dari sekarang dan jangan takut gagal
Achmad Zaky, CEO BukaLapak, mendorong semua anak muda untuk mulai membangun startup mereka sesegera mungkin:
Karena jika Anda bertambah tua dan sudah menikah serta memiliki anak, Anda cenderung memiliki lebih banyak pertimbangan dan lebih konservatif. [ … ] Jika saya harus membangun startup saya sekarang dengan modal nol, saya mungkin tidak mau [mengambil risiko] karena saya memiliki istri dan seorang anak perempuan.
16. Kisah Yasukane Matsumoto, orang yang mempermudah industri percetakan di Jepang
CEO Raksul, Yasukane Matsumoto, mengatakan:
Saya tidak mengambil risiko apapun karena saya masih berusia 24 tahun [pada saat itu]. […] Anda tidak akan kehilangan apa-apa ketika Anda masih muda dan saya hanya ingin melakukan sesuatu sendiri – jadi membangun startup adalah hal yang masuk akal. Sulit untuk dijelaskan.
17. Kisah Koki Sato, dari musisi hingga entrepreneur sukses
Ketika ditanya saran apa yang akan ia berikan kepada para entrepreneur di era ini, CEOSepteni Holdings, Koki Sato menyarankan mereka untuk berpikir dalam jangka panjang.
Anda tidak bisa membangun bisnis layaknya lomba lari sprint. Pikirkan seolah-olah itu adalah maraton.
18. Ditegur oleh manajernya, agen real estate yang frustrasi ini keluar untuk mendirikan portal properti terbesar di Jepang
Pendapat CEO NEXT, Takashi Inoue, tentang hal apa yang diperlukan untuk membuat sebuah perusahaan bagus:
Visi perusahaan adalah hal yang sangat penting. Prinsip yang kuat juga diperlukan untuk membimbing semua orang. Tim dan orang-orang merupakan komponen penting dan mereka harus merasa antusias tentang bisnis.
19. Founder Qoo10 pernah bekerja di tengah gurun, memilih berhenti dan mendirikan startup
Pendapat founder Qoo10, Ku Young Bae, tentang entrepreneurship:
Entrepreneurship adalah hal sulit, saya tidak akan merekomendasikan ini kepada semua orang. Anda harus menghadapi banyak sekali masalah dan tantangan.
20. Setelah keluar dari sekolah, pria ini sekarang menjadi entrepreneur sukses
Kesuksesan Harusiha Okamura, CEO Adways, bisa tercapai salah satunya karena ia memulai karirnya sangat awal. Di usia 16 tahun, Harusiha memutuskan keluar dari sekolah untuk bekerja sebagai salesperson di sebuah perusahaan.
Saya tidak bisa mendapatkan teman di sekolah, jadi saya memutuskan untuk bekerja lebih awal.
21. Founder Builk: pelajaran yang bisa didapat dari program akselerator
Patai Padungtin, founder Builk, yakin bahwa untuk berhasil, entrepreneur harus percaya pada startup yang mereka dirika, memiliki passion, dan menindaklanjuti apa yang mereka yakini.
Anda dapat membangun sebuah startup e-commerce dengan 1.000 pesaing – tapi bermimpilah yang tinggi. Bahkan jika Anda berada di ranah yang kompetitif, temukan kekuatan Anda dan berjuanglah.
22. Co-founder Disdus: Anda bisa sukses di industri manapun
Jason Lamuda, co-founder Disdus (diakuisisi oleh Groupon pada 2011) dan co-founderBerryBenka, mengatakan bahwa entrepreneur sebaiknya lebih memiliki pertimbangan sebelum memutuskan industri mana yang akan mereka masuki:
Ketika akan memilih bisnis apa yang akan saya jalankan, saya selalu melihat dua hal. Pertama, siapa saja pemain yang sudah ada di industri tersebut, dan kedua, hal berbeda apa yang bisa saya tawarkan kepada pengguna. Saya tidak melakukan banyak riset panjang mengenai besarnya pasar [yang akan saya masuki]. Saya hanya mencari gambaran besar pasar tersebut dan langsung mulai dari sana.
23. Founder 2xpace: “Ekosistem startup tengah bertumbuh, saatnya wanita mengambil kesempatan”
Numfone Chayapak, founder 2xpace, menyebutkan sikap apa yang diperlukan agar sukses di startup teknologi:
Open-minded. Selama Anda tahu apa yang Anda lakukan, mendengarkan komentar dan saran orang lain dapat membantu Anda berkembang.
24. Kisah Jorge Azurin: lebih memilih startup dibanding gelar PhD di Stanford
Jorge Azurin yang kini bertindak sebagai mentor dan angel investor bagi sejumlah startup, mengemukakan bagaimana pentingnya memiliki co-founder:
Masalah mendasar yang saya punya adalah saya tidak memiliki co-founder, saya melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak sejahtera. Ketika saya punya co-founder, ia biasanya melengkapi kualitas saya. Kualitas yang mereka miliki adalah kualitas yang saya tidak punya.
25. Pelajaran terbesar di Y Combinator untuk AnyPerk: “Bangunlah sesuatu yang Anda inginkan”
Taro Fukuyama, CEO dan co-founder AnyPerk, menceritakan pengalamannya di Silicon Valley.
Ada perang talenta yang besar di berbagai bidang di seluruh Amerika, yang lebih umum terjadi di Silicon Valley dibanding tempat lainnya, dimana perusahaan berusaha keras untuk menemukan cara-cara baru untuk menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik mereka. Memiliki produk yang benar-benar memberikan kebahagiaan dan melibatkan karyawan di Silicon Valley adalah hal yang sangat dibutuhkan!
26. Demi boneka kelinci pink TuTu, entrepreneur ini rela meninggalkan pekerjaan bergengsi di HTC
Jason Warren, CEO Roam and Wander, mendapat nasihat dari mentornya:
Setelah dua perusahaan pertama saya gagal, mentor saya yang sangat baik memberi beberapa saran. Ia menyuruh saya duduk dan berkata ‘Dengar, apa yang kamu butuhkan sekarang adalah pengalaman magang di ranah software. Kamu perlu belajar bagaimana orang-orang membangun sesuatu. Apakah model Waterfall atau Agile yang harus diterapkan? Apakah kamu ingin memberi orang lebih banyak otonomi atau ingin memberi mereka lebih banyak kontrol? Dan setelah dua atau tiga tahun, kembalilah menjadi entrepreneur.
27. Kisah Mun Yew Loh: PNS ini akhirnya punya startup sendiri
Founder TapTalents, Mun Yew Loh, mengaku terinspirasi oleh para entrepreneur:
Anda [entrepreneur] membangun ide yang kaya untuk mengidentifikasi tantangan nyata. Itulah saat dimana saya berpikir: saya mungkin juga bisa menyelesaikannya sendiri.
28. Kisah Zopim: Perjuangan dan pengorbanan demi kesuksesan startup
Founder Zopim, Royston Tay, membakar semangat dan tekad timnya dengan mengatakan:
Jika saya tidak mendapatkan komitmen penuh dari kalian semua, saya akan meninggalkan perusahaan.
15 COMMENTS
http://andriguswira.blogspot.co.id/2016/08/10-games-dengan-biaya-pembuatan-paling.html
http://www.kalkulatorgrosir.com/
http://www.adalahnews.com/