Kamis, 20 Oktober 2016

10 Startup di Indonesia yang Berpotensi Menjadi Perusahaan Raksasa


7COMMENTS
Jakarta-panorama-720x354
Saya senang menggunakan buku Crossing the Chasm karya Geoffrey Moore sebagai referensi ketika berdiskusi atau menulis. Singkatnya, buku tersebut menggambarkan tentang chasmatau “jurang” yang dihadapi oleh perusahaan teknologi di masa-masa awal pengembangan produk mereka.

Ketika berada dalam fase tersebut, mereka sudah berhasil menggaet pengguna awal, namun kini mereka harus membuat terobosan untuk dapat mempertahankan para pengguna awal ini sekaligus mendapatkan hati pengguna mainstream. Para pelaku teknologi di Jakarta biasanya memaka istilah “meledak, berkembang pesat” ketika startup melewati situasi berada di tepi “jurang” tersebut — istilah lainnya mungkin “berkembang 10 kali lipat”.
Akan tetapi, apapun istilah yang dipakai untuk menamai fase tersebut, “jurang” ini merupakan hal yang berbahaya bagi startup karena mereka wajib untuk dapat melewatinya, yakni dengan menggaet banyak pengguna baru, jika tidak ingin mandek perkembangannya. Apabila gagal, startup harus pivot, atau terancam gulung tikar.
Banyak pihak yang siaga memantau setiap startup yang berhasil melewati “jurang” tersebut untuk kemudian mereka danai secara besar-besaran. Tapi, kini tidak sedikit VC yang mulai meninggalkan pola pendanaan yang sifatnya relatif “aman” ini, dan mulai mencari-caristartup muda yang menjanjikan untuk kemudian mereka genjot dengan dana untuk dapat melewati “jurang” tersebut.
Startup yang menjanjikan ini, jika dapat terus berkembang di Indonesia selama beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin mereka bisa mencatat perolehan investasi sampai sembilan digit dollar. Dalam urutan acak, inilah 10 startup yang perlu diperhatikan oleh para investor.

aCommerce

acommerce-future-ecommerce-720x433aCommerce adalah contoh yang tepat untuk sebuah startup yang berpotensi kuat mencapai nilai investasi sembilan digit dollar. Perusahaan ini sendiri sepertinya sudah bisa dibilang sebagai jagoan di bidang logistik e-commerce dan pengadaan. Terbukti dengan keberhasilan mereka menggaet klien besar seperti contohnya Lippo Group, MatahariMall, dan Sinar Mas. aCommerce juga mencetak rekor pendanaan seri A terbesar di Indonesia, dengan nominal $10,7 juta (sekitar Rp144,4 miliar), tahun lalu.
CEO Paul Srivorakul mengatakan bahwa aCommerce sedang bersiap untuk perolehan pendanaan seri B, yang ia yakini akan mencapai hampir $30 juta (Rp404 milyar). Perusahaan ini memang berasal dari Thailand, tapi Srivorakul mengatakan kepada Tech in Asia bahwa indonesia telah menjadi wilayah operasi terbesar bagi aCommercce.

HappyFresh

Personal-Shopper-720x387Rekor yang dicetak aCommerce tahun lalu ternyata tidak bertahan lama, aplikasi deliverybahan makanan HappyFresh berhasil memecahkannya pada September 2015 dengan mencatat pendanaan seri A sebesar $12 juta (sekitar Rp161,9 miliar) dari grup investor yang dipimpin oleh Vertex Ventures dan Sinar Mas Digital Ventures.
HappyFresh mirip dengan layanan Instacart untuk kawasan Asia Tenggara. Perusahaan ini menganut sistem aset rendah, dalam artian bahwa mereka tidak memiliki gudang ataupun pusat pengerjaan; mereka hanya mempekerjakan para pengantar dan mereka yang akan berbelanja di berbagai supermarket.
Para pekerja inilah yang kemudian mengurus pesanan belanja hingga sampai ke tangan pemesan. Perusahaan yang bermula di Jakarta dan Kuala Lumpur ini baru saja melebarkan sayap ke Bangkok, dan akan segera berekspansi ke Taipei.

YesBoss

YesBoss-Concert-Ticket-720x540YesBoss adalah layanan asisten pribadi berbasis SMS yang baru-baru ini mendapatkan pendanaan dari 500 startup, Convergence Ventures, dan IMJ Investment Partners. Mereka yang sibuk atau malas bergerak sangat cocok dengan layanan ini karena rasanya seperti memiliki asisten pribadi yang dapat melakukan berbagai hal.
Bulan Maret lalu, Magic — layanan yang mirip dengan YesBoss di Amerika — dilaporkan mendapat $12 juta atau Rp161,9 milyar dari Sequoia Capital dengan valuasi perusahaan sebesar $40 juta (Rp540,5 milyar).
YesBoss adalah salah satu contoh menarik mengenai startup yang sudah berada di tepi “jurang”. Mereka berhasil memenangkan banyak hati para pengguna awal, tapi masih banyak tantangan ke depan.
Masalah yang dihadapi adalah skalabilitas (yang menurut mereka dapat diatasi oleh AIberbahasa Indonesia), kompetisi dari HaloDiana milik Ryan Gondokusumo, dan pertanyaan penting mengenai apakah model bisnis seperti ini akan bisa berkembang dan diminati oleh pengguna mainstream.
Jika dikelola dengan benar, YesBoss bisa menjadi sangat besar. Tapi, di tahap yang masih awal ini, kesalahan bisa berakibat fatal.

eFishery

eFishery-Product-1-720x284eFishery adalah penyedia solusi teknologi untuk pengelolaan kolam ikan komersil. Produk mereka adalah alat pemberi makan otomatis yang dapat dipasang di kolam dan bisa mendeteksi tingkat nafsu makan ikan-ikan untuk kemudian mengeluarkan makanan secara otomatis.
Sebagai startup yang bergerak di ranah Internet of Things untuk pengembang biakan ikan dan udang, eFishery mengklaim produknya sebagai solusi terhadap salah satu masalah terberat dalam bisnis ternak ikan. Menurut eFishery, proses pemberian makan para ikan mengambil sekitar 50 hingga 80 persen dari total biaya bisnis.
Perusahaan ini baru saja mendapatkan pendanaan pra-seri A dari Aqua-Spark, sebuah perusahaan investasi akuakultur dari Belanda, dan perusahaan pendanaan lokal Ideosource. Seperti beberapa startup yang telah disebutkan sebelumnya, eFishery juga merupakan konsep baru yang masih perlu membuktikan diri apakah bisa sukses di pasar umum.
Namun, melihat kompetisi yang masih minim di Asia Tenggara, eFishery sepertinya akan bisa wilayah ini dengan relatif nyaman. Co-founder dan CEO Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy mengatakan bahwa startup-nya akan mengguncang pasar global yang bernilai milyaran dollar.

Jualo

Jualo-home-720x398Jualo adalah salah satu situs iklan yang bekerja keras untuk berhasil di Indonesia. Mereka berhadapan langsung dengan OLX Indonesia yang sudah lebih dulu dominan. Meskipun begitu, Jualo memulai dengan cukup baik; traffic situs mereka senantiasa meningkat hingga mencapai lebih dari dua juta pengunjung di bulan kemarin, dan mendapat pendanaan dari Mountain Kejora dan alpha JWC Ventures.
Founder dan CEO, Chaim Fetter, juga bekerja keras untuk Jualo. Fetter mengklaim bahwa situsnya telah memiliki ratusan ribu pengguna dengan nilai transaksi $100 juta (sekitar Rp1,35 triliun) beberapa bulan sebelum memperoleh pendanaan. Sewaktu masih kecil dan tinggal di Belanda, Fetter terbiasa membuat produk-produk e-commerce.
Kini, di Indonesia ia sangat berkomitmen, terbukti dengan proyek lain yang ia pegang yaituPeduli Anak Foundation di Indonesia Timur. Organisasi non-profit ini berlokasi di dekat Mataram dan menyediakan tempat tinggal, layanan kesehatan, serta fasilitas pendidikan bagi anak-anak tidak mampu. Dengan Jualo yang kini tengah berada di tepi “jurang”, menarik untuk dilihat apakah mereka dapat melompat dan sukses.

Fabelio

fabelio-funding-seed-720x382Fabelio adalah salah satu startup dalam daftar ini yang menarik perhatian kami sejak awal kemunculannya. Didirikan oleh entrepreneur lokal Christian Sutardi – yang sebelumnya pernah berafiliasi dengan Hill Ventures dan Rocket Internet – Fabelio mengincar pasar e-commerce lokal untuk komoditas furnitur.
500 startup dan investor lain telah mendukungnya pada bulan Juli lalu dengan memberikan pendanaan kepada Christian. Salah satu kompetitor Fabelio adalah Livaza yang juga telah mendapat pendanaan dari East Ventures 1. Livaza sendiri baru-baru ini mengalami pergantian kepemimpinan dengan masuknya Eddy Ng, pemain baru di dunia startup, yang menggantikanfounder dan CEO lama William Budiharsono.
Satu hal yang pasti, pasar e-commerce untuk furnitur masih sangat terbuka di Indonesia. Pasar ini terlihat menggiurkan dengan berkembangnya kelas menengah yang mulai banyak mencari-cari meja kerja ataupun meja makan. Perusahaan riset ritel Conluminomemprediksikan bahwa pasar furnitur di Indonesia akan mencapai nilai $5.5 miliar (sekitar Rp67 triliun) di 2018. Investor tahap menengah dan akhir berpeluang bagus jika terus memantau Fabelio.

HijUp

Screen-Shot-2015-04-16-at-12.30.27-pm-e1429162268351-720x380Toko online khusus busana muslim di Indonesia, HijUp, sepertinya cukup pesat berkembang dibandingkan yang lain. Pada 2015, mereka berhasil mendapat pendanaan dari dua ronde yang berbeda, salah satunya memberikan pendanaan lebih dari $1 juta (sekitar Rp13,5 milyar).
HijUp menyediakan lebih dari 200 toko busana muslim, dan mengklaim bahwa dalam waktu dekat akan berekspansi secara global. Beberapa kompetitor mereka di antaranya adalahHijabenka dan Saqina.
Busana muslim diprediksi akan mengambil 11,2 persen dari total belanja fashion global dalam tiga tahun ke depan menurut laporan dari Thompson Reuters dan Bidang Perdagangan dan Industri Dubai. Beberapa tahun terakhir ini, kaum muslim menghabiskan $224 miliar (sekitar Rp3.021 triliun) untuk urusan busana. Hal tersebut menjadikan HijUp sebagai peluang besar yang dinantikan para investor.

Kudo

DSCF2480-720x405Kudo merupakan peluang menarik untuk ecommerce yang menjembatani antara dunia onlinedan offline di Indonesia. Pada awalnya, startup ini membangun beberapa mesin dan menempatkannya di mall dan area publik lainnya. Orang-orang dapat memakainya untuk membeli produk ecommerce.
Tujuan mereka adalah untuk mengenalkan e-commerce kepada siapapun yang belum pernah mencobanya. Kini, perusahaan ini mulai menggunakan pendekatan kemanusiaan, dengan mempekerjakan para agen yang bertugas memandu para pengguna yang baru pertama kali mencoba layanan ini .
Kudo memiliki sejumlah investor di Indonesia, ada beberapa VC dan juga Emtek Group – salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Sektor e-commerce menjadi salah satu topik paling hangat di Asia Tenggara. Namun, untuk mencapai potensinya, startup perlu mengedukasi para calon penggunanya. Kudo sebenarnya secara ideal berposisi sebagai pembawa para pengguna kepada dunia belanja online. Akankah mereka berhasil?

Zeemi.tv

Zeemi.gifts_1-e1410440508309-720x318Zeemi.tv adalah salah satu startup yang menyasar perilaku sosial orang Indonesia yang unik. Situs ini menyediakan layanan live-streaming yang ramah keluarga, dan memungkinkan semua orang dapat menampilkan karyanya secara online, mendapatkan hadiah atas karyanya, dan mengambil hadiah tersebut dalam bentuk uang tunai.
Founder dan CEO Tom Damek adalah mantan CEO Lazada Indonesia, yang mana tentunya sudah menguasai situasi di pasar lokal ini. Perusahaan pendanaan dari Jepang, DeNa, belum lama ini mendanai Zeemi sebesar $1 juta (sekitar Rp13,5 miliar).
Startup ini berhasil menggaet lebih dari dua juta pengunjung di situsnya dalam beberapa bulan terakhir. Dibandingkan dengan kompetitor lokalnya yang didukung oleh Baidu,CliponYu, menggunakan video DJ seksi dan sudah memiliki lebih dari 26 juta pengunjung per bulan, Zeemi lebih memilih strategi perlahan tapi pasti. CliponYu jelas menyasar pengguna muda yang kesepian dan betah berjam-jam di depan komputer, sementara Zeemi berpotensi menggaet pasar yang lebih besar jika dikelola dengan benar.

Bridestory

Bridestory-websiteBridestory adalah startup yang sadar bahwa pernikahan adalah ladang bisnis yang kebal terhadap resesi. Orang-orang di Asia akan selalu menikah tanpa terlalu menghiraukan kondisi ekonomi yang ada.
Mungkin ini salah satu sebabnya Rocket Internet menyimpang dari kecenderungan mereka untuk selalu menciptakan startup-nya sendiri dan mulai memberikan pendanaan kepada Bridestory dalam ronde seri A mereka senilai tujuh digit pada Maret lalu.
Sejak saat itu, Bridestory terus tumbuh, kini mereka bekerja sama dengan MediaCorp dari Singapura untuk berekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya. Penggunanya bulan lalu mencapai 410.000 orang, dan mereka mengklaim memiliki 10.000 vendor.
Bagaimana, apakah menurut kamu startup dalam daftar ini akan berhasil? Apakah ada startuplain yang pantas masuk ke daftar ini? Sampaikan opini melalui kolom komentar di bawah.
(Diterjemahkan oleh Raditya Margi dan diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar